Dengan bekal sebuah naskah ketoprak dan niat ingin ikut melestarikan cerita rakyat asli Indonesia, di sini penulis berusaha mengangkat kembali cerita Sri Huning dalam bentuk tulisan yang tentu saja banyak sekali kekurangannya. Dengan sumber yang terbatas tadi, pengembangan cerita tetap berdasar pada cerita aslinya. Bagian 1. Sri Huning danKetoprak. Selain Ludruk, salah satu seni teater tradisional lainnya adalah Ketoprak. Jika, Ludruk merupakan seni pertunjukan drama yang berasal dari wilayah Jawa Timur, maka Ketoprak merupakan seni pertunjukan drama yang berasal dari Jawa Tengah tepatnya di Surakarta. Cerita-cerita yang dibawakan saat pertunjukan Ketoprak biasanya berupa cerita
Kesenian Ketoprak diperkirakan dibuat pada awal abad 19 oleh seorang musisi Keraton Surakarta. Lahirnya kesenian ini terkait dengan perjuangan terhadap para penjajah. Saat itu, masyarakat tidak diperkenankan berkumpul karena dicurigai akan melakukan makar. Karenanya, dicarilah cara agar dapat berkumpul tanpa harus dibubarkan oleh tentara penjajah.
Ketoprak yaiku seni drama sing asale saka jawa tengah (kulonan) kanthi duweni alur crita sing khusus yaiku arupa krajaan. Kethoprak wiwit muncul ing Klaten, Jawa Tengah ing taun 1908 sing dicetusake abdi dalem kraton kasunanan. Crita sajrone kethoprak dijupuk saka seperangan prastawa ing masarakat jaman biyen, yaiku saka kisah rakyat biyasa nganti Pada kesenian kethoprak ditemukan ekspresi pemain, cerita, dialog, akting, rias, busana, unen-unen, gending, dan nyanyian. Esensi kethoprak itu sejatinya adalah drama tradisional Jawa atau dapat pula disebut teater tradisional jenis teater rakyat. Ada jenis teater tradisional yang lain yaitu teater klasik wujudnya berupa wayang kulit, wayang wong.